Wednesday, March 21, 2007

POTRET PETARUNG PILKAD


Oleh

Peribadi

Tentu saja Petarung Pilkada dimaksud adalah segerombolan anak-anak bangsa di bawah sang idola bersama tim suksesnya yang mungkin memang berniatan baik dan bertekad baja untuk membangun daerah, atau sebaliknya, memperebutkan arena balapan untuk menjadi “Orang Kaya Baru (OKB)”.

Mungkin banyak interpretasi yang berkembang sehubungan dengan defenisi pragmatisme ini. Pertama, yang namanya zaman edan, kalau tidak ikut serta jadi orang gila, maka tidak bisa dapat apa-apa, sehingga memang sudah sepantasnya kalau kita cenderung berlomba memanfaatkan “kesempatan dalam kesempitan, menggunting dalam lipatan dan memancing di air keruh”.

Kedua, trial and error serta spekulatif atas segala sepak terjang yang setiap saat dikedepankan. Kalau ternyata sukses, kita teruskan perjuangan pemanfaatan kesempatan emas semaksimal mungkin untuk mensejahterakan diri, keluarga, kerabat dan daerah. Atau sebaliknya, kita mulai dulu dengan upaya maksimal membangun daerah, berikut kepada kontributor yang berandil meraih prestise yang bergengsi ini.

Ketiga, sepak terjang yang malang melintang serta mondar-mandir dari berbagai ruang kehidupan dalam kerangka memenuhi nafsu angkara murkah. Ketika ambisius kita belum tergapai dan tidak terpenuhi di suatu lembaga amatiran atau di institusi profesional yang minus dollarnya, maka segera kita bergegas hijrah ke lembaga yudikatif dan legislatif misalnya. Dan jika memungkinkan, kita lanjutkan pertarungan kursi panas di tubuh eksekutif. Demikian seterusnya, apalagi kalau kita memang terpelanting di suatu tempat, maka kita harus berkompensasi di ruang-ruang sosial lain.

Keempat, metode komparasi yang mungkin rasional, tapi subyektif, sehingga membuahkan rasa Percaya Diri (PD) yang menganggap dirinya lebih kapabel dari figur-figur lain. Menurutnya, saya lebih layak dari pada yang itu, disertai dengan segala macam “ocehan kampung” yang agak sulit dibedakan dengan omelan kampus, karena terkesan sama-sama bernuansa ilmiah.

Kelima, tidak boleh dipungkiri bahwa di tengah kebrutalan zaman edan, masih ada segelintir anak-anak bangsa yang memang terus mencari lorong-lorong alternatif atas nestapa kehidupan bangsa dan negara dengan segala problematikanya yang mencekik ini. Meskipun mungkin dengan harap-harap cemas kita menanti. Namun kita yakin, akan hadir seorang figur petarung dengan segudang keseriusan beserta skill dan keahliannya untuk membangun beberapa daerah yang masih prematur ini.

Semoga itulah yang hadir di Konsel, di Raha dan di Bombana dan yang lain sedang dalam pergulatannya. Kita harap, agar pemenang menangisi kemenangannya ! Dan bagi yang kalah, terbahak-bahaklah ! Karena anda telah terbebaskan dari status posisition yang memperlebar pintu neraka. Hanya Tuhan Yang Maha Tahu.

No comments: