Wednesday, March 28, 2007

TEHNIK BERPIDATO








Oleh

PERIBADI

(Staf Pengajar Fisip Unhalu dan Koordinator Umum Mimbar Perancangan Peradaban Inteleksi (MPPI) Sulawesi Tenggara)

Sang komunikator memerlukan kecerdasan intelektual dalam bentuk konseptual, kecerdasan emosional untuk berempati dan kecerdasan spritual untuk lebih persuasif.

1. KECERDASAN SPRITUAL

Kecerdasan spritual adalah sebuah filosofi kehidupan bahwa ”Allah is my everything in life university”, sehingga status position menjadi nomor dua. Dan pasti bisa, karena ”Nothing is impossible, everything is possible if you believe in Allah”.

2. KECERDASAN EMOSIONAL

Kita upayakan agar kita tidak mengenal kata tidak mungkin, karena ”Looser says its possible but too difficult, but winners say its too difficult but possible” untuk menggapai esensi pertarungan hidup, karena “The real champion is not just winning the competition, but everyone who can stand up for every failure”.

3. KECERDASAN INTELEKTUAL

Seorang reformis, harus memahami makna perubahan, “Change is a transformation procces from the comfort zone into discomfort zone”. Dan cerdas memproses kehidupan masa depan, yakni “Taburlah gagasan, petiklah perbuatan, taburlah perbuatan petiklah kebiasaan, taburlah kebiasaan petiklah karakter, taburlah karakter dan petiklah nasib”. Camkan, ternyata kunci masa depan adalah gagasan yang bergulir menjadi nasib.

4. KECERDASAN BERKOMUNIKASI

Belajarlah, karena ”The quality of human kind atau the quality of mind kind depend on the quality of communication”. Oleh Kang Jalal, faktor miskomunikasilah yang menjadi penyebab jatuhnya bom atom

di Kota Nagasaki dan Herosima Jepang.

5. KECERDASAN MENGHARGAI DIRI SENDIRI

Terlebih dahulu kita harus cerdas memimpin diri kita sendiri, sebab “How can you lead other people if you can not lead your self”. Belajarlah menghargai diri sendiri, karena ”How can the people appreciate with you, before you appreciate with your self”.

6. KECERDASAN KREATIVITAS

Ingatlah bahwa “The quality of reward depends on the quality of effort. Meskipun “At the first you make habits, at the last habits makes you. Karena itu, if you want to be success, follow the success person. Dan jangan ragu dan takut melakukan perubahan, sekalipun terus melakukan kesalahan, karena ”Its not a big mistake when you make the mistake doing the job, but its the high mistake when you never do the big job.

Ikhwal kedua yang harus dimiliki oleh seorang orator adalah kesiapan yang sifatnya tehnis:

1. Persiapan Busana

Usahakan memakai pakaian yang polos saja dan usahakan yang berwarna putih sebagai mana anjuran Rasulullah yang bersabda bahwa sebaik-baik pakaian adalah yang berwarna putih.

2. Persiapan Jasadiyah

Komunikasi adalah sebuah proses interaktif yang totalitas, sehingga potret tubuh, harus dalam kondisi fit (prima). Karena itu, hendaklah pembicara selalu menjaga kebersihan dan kesehatan serta beristirahat yang cukup, sebelum tampil.

3. Persiapan Keilmuan

Modal dasar seorang pembicara adalah ilmu yang cukup, sehingga mampu merespon berbagai pertanyaan yang sifatnya skeptis, ktiris dan konstruktif serta dialogis.

4. Persiapan Mental

Mungkin saja materi yang disampaikan sudah bagus. Akan tetapi, karena minder dan gemetar, sehingga materi yang sebenarnya bagus itu menjadi tidak menarik pendengar.

5. Ketepatan Waktu

Pembicaraan yang terlalu panjang akan membuat pendengar bosan dan mungkin tidak mau lagi mendengar. Ingatlah, ”makin banyak kita bicara, maka kian bertambah orang yang tidak percaya”.

Konteks ketiga adalah sekilas metodologi penyusunan materi yang akan disampaikan di tengah khalayak

1. Pentingnya sebuah catatan pinggir

Buatlah catatan-catatan pinggir yang dianggap penting untuk mendukung argumentasi pembicaraan. Jangan malu melihat dan membaca konsep, jika memang kita belum menguasai.

2. Menyatakan Pokok Masalah

Kita harus menyatakan pokok masalahnya, menguraikan kandungannya, dan menjelaskan topiknya. Kita terangkan kepada umat mengapa isu itu penting untuk diperhatikan. Kemudian kita harus menyatakan kira-kira apa yang harus kita capai dari ceramah itu.

3. Menguraikan Permasalahan

Kita perlu menerangkan latar belakang sejarah dan pelajaran-pelajaran yang bisa kita ambil dari masa lampau. Kita mulai dengan urutan topik, bukan urutan kronologis. Dan ini yang lebih efektif, sehingga orang memahami dengan jelas mengapa permasalahan tersebut aktual.

4. Menyoal Masalah aktual dan problematik

Ada baiknya kita menyebut fenomena-fenomena yang terjadi di masyarakat seperti: KKN, Manipulasi, Pembunuhan, Perzinaan, PIL- WIL, dan sebagainya. Ini dimaksudkan agar kita peduli terhadap masalah-masalah yang berkembang di sekeliling kita dan sekaligus sebagai gambaran atas ”malunya banyak orang edan untuk memiliki rasa malu”. Demikian pula, soal bencana alam yang menimpa umat, seperti: gunung meletus, gempa bumi tanah longsor, banjir, dan bencana atau gempa sosial lainnya.

5. MeNGUNGKAP PROSES Penyelesaian INTEGRAL

Pentingnya upaya perbandingan dengan pergulatan hidup masa lalu, sehingga memungkinan kita dapat melihat pada orang-orang terdahulu yang pernah berhasil menyelesaikan kebrutalan masyarakat. Dimana letak persamaan dan perbedaannya dengan masa kini, yang kebetulan saja kita tengah dirundung malang dan nestapa kehidupan kontemporer.

EPILOG

The final decision making on Allah”. Kalau Allah berkenaan membuka hati pendengar, maka berarti sang komunikator sukses gemilang. Jadi, apapun metode dan strategi retorika yang telah digunakan. Akan tetapi, jika Allah belum berkenaan memberi petunjuk hamba-hamba-Nya yang melata di bumi ini, maka bersabarlah dan berdoalah rekan-rekan.

No comments: