Wednesday, March 21, 2007

SECUIL RENUNGAN AWAL TAHUN 2007







Oleh

Peribadi

Berbagai pandangan dan komentar dari semua informan yang berhasil diidentifikasi oleh Tim Peneliti Mimbar Perancangan Peradaban Inteleksi (MPPI) Sultra sebagai variabel yang berpengaruh atas tingkat penghayatan dan pengamalan sosio-religiusitas masyarakat di Kota Kendari, terutama dalam konteks kemampuan dan ketidakmampuan baca tulis Al Qur’an.

Pertama, pengaruh makro dari proses weternisasi dan sekulerisasi yang icluding dalam modernisasi kehidupan sosial dengan berbagai dampak yang ditimbulkan; Kedua, dampak negatif dari revolusi transportasi dan telekomunikasi yang kian canggih dan pesat, sehingga menyebabkan banyak orang terbuai, dan bahkan terkesan terbius dengan berbagai acara televisi yang dipertontonkan; Ketiga, dampak idiologi-idiologi besar dari belahan dunia materialisme dan kapitalisme yang membuat mayoritas warga masyarakat yang beragama Islam di belahan dunia Timur cenderung menunjukkan perilaku pragmatisme; Keempat, proses pendidikan di sekolah-sekolah formal mulai dari tingkat pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi, tampak belum menunjukkan kebijakan yang serius terhadap peningkatan nilai-nilai religiusitas siswa dan mahasiswa; Kelima, proses dekosntruksi sosial dan degradasi moral yang tampak berkelindan dengan proses demoralisasi dewasa ini.

Kemudian hampir semua informan menyoal kecenderungan anak-anak menghabiskan waktu di depan telivisi untuk memainkan dan menonton seluruh sinetron dan telenovela yang dianggap idolanya. Betapa memperihatinkan, karena anak-anak seolah terkesan seolah tidak bisa hidup lagi jika tidak menonton atau tidak mengkonsumsi seluruh jenis tontonan yang diperagakan dan ditayangkan berbagai sumber penyiaran. Hal ini tentu saja merupakan salah faktor pemicu utama, sehingga menyebabkan anak-anak malas untuk pergi dan belajar mengaji. Padahal, belajar mengaji merupakan kewajiban dasar untuk memahami, menghayati dan mengamalkan Al Qur’an. Namun bagi anak-anak, pergi untuk belajar mengaji dianggap sebagai penghalang dan bahkan tarasa sangat merugikan jika tidak menikmati tontonan-tontonan yang meninabobokkan itu.

Namun demikian, ada juga pandangan sebaliknya dan terkesan cukup optimis yang berkembang dari para komentar informan sebagai variabel pendukung bangkitnya semangat belajar Al Qura’n. Pertama, fenomena kecenderungan atas bangkitnya kesadaran religiusitas yang tampak mulai menggeliat di akhir dasawarsa ini; Kedua, fungsionalisasi pranata-pranata sosial keagamaan yang mulai menunjukkan peran maksimal di tengah-tengah masyarakat; Ketiga, bangkitnya kesadaran-kesadaran individu dari kaum elite sosial tertentu yang mulai menunjukkan kepedulian dan partisipasi aktifnya; Keempat, bangkitnya kesadaran dan rasa tanggung jawab dari kalangan pengajar dan pendidik yang melihat pelajaran agama sebagai kontribusi utama serta sebagai solusi alternatif atas pembentukan karakter dan kepribadian siswa dan mahasiswa; Kelima, munculnya kesadaran struktural dari Pemerintah Daerah masing-masing dengan berupaya melahirkan Perda khusus dalam konteks pemberantasan buta aksara Al Qur’an, seperti Perda Pemerintah Kota Kendari No. 17 Tahun 2005.

Tentu saja dialektikal pemikiran tersebut menjadi kontribusi penting bagi para kandidat yang kepingin tampil memasuki arena pertarungan Pilkada, dan bahkan dapat menjadi indikator yang amat mendasar untuk mengetahui tingkat keseriusan (political will) seorang figur ke depan dalam mengurus rakyat.

No comments: