Wednesday, March 21, 2007

MENIRU ORANG LAIN

Oleh

Peribadi

Tak ada salahnya kita meniru orang lain, apalagi meniru dan mencontohi visi, misi dan perilaku yang baik. Sebaliknya pun tak salah, jika kita juga meniru hal-hal yang mungkin belum berkenaan di benak dan di hati orang kebanyakan. Karena semuanya terpulang kepada perspektif masing-masing. Dalam konteks ini, ada dua life style kepemimpinan yang disarankan untuk bisa ditiru.

Pertama, Fadel Muhammad sang gubernur baru pada daerah baru, memberi pelajaran pada kaum elite di Sulawesi Tenggara dalam konteks STQ di Gorontalo yang sukses dengan APBD Propinsi sebanyak Rp. 5 miliar. Tentu saja tak salahnya kita mengambil metode pelaksanaan serta kunci kesederhanaan dalam mempersipkan MTQ di Sulawesi Tenggara ke depan. Kecuali kalau kita memang mempunyai metode khas yang mungkin dianggap lebih rasional dan spektakuler, maka silahkan dikembangkan dan dilanjutkan, tanpa perlu menghabiskan enersi perdebatan.

Kedua, beberapa bulan yang lalu juga kaum elite kita, terutama di tingkat Pemerintah Kota Kendari pernah memperoleh pelajaran yang sangat bermanfaat dari Wali Kota Bontang. Elite kita ketika itu di Mesjid Agung Kendari duduk termenung menyimak uraian Pak Wali Kota Bontang dan salah seorang mantan pendeta yang menceritrakan dengan sangat memukau latar belakang keislamannya.

Kalau pada life style Fadel Muhammad yang demikian terkesan cukup sederhana mempertontonkan STQ di wilayahnya, maka Wali Kota Bontang membeberkan potret kepemimpinannya yang terkesan lebih menghormati kaum yang kurang diuntungkan oleh paradigma developmentalisme. Besar dugaan ketika itu, elite-elite kita yang hadir menyimak ceritra Pak Wali Kota Bontang atas kepedulian dan pengormatannya yang sangat tinggi terhadap pegawai rendahan, guru-guru TPA, Imam Mesjid, dan para Da’I, cukup menggiurkan.

Selama kurun waktu gegap gempitanya idiologi pembangunanisme, tampak demikian tragis dan bahkan terkesan cukup terhina kehidupan orang-orang yang rutinitasnya terus berupaya menyelamatkan kawula muda yang sangat riskan, rentan dan rawan dengan jebakan narkobaisme dan porno-aksi dan lain-lain, yang memberi peluang terbuka untuk menjadi generasi calon pasien rumah sakit jiwa ke depan.

Keberadaan guru TPA, pembina mesjid dan para Da’I yang ikhlas menyelinap di kegelapan kota dan kampung, tanpa insentif ekonomi sebagaimana “Da’I-Da’i amplopism” yang hanya mau datang berda’wa di gelanggang yang mungkin tebal amplopnya. Namun bagi Pak Wali Kota Bontang memberi insentif ekonomi yang cukup tinggi secara berkesinambungan kepada mereka yang kategori kurang beruntung itu. Berbahagialah kita, kalau ternyata prototipe pemimpin seperti ini yang pada umumnya berhasil terpilih dalam Pilkada 2005 ini. Marilah kita berupaya mencari figur-figur yang peduli dan cinta dengan orang-orang miskin yang nota bene pahlawan tanpa jasa. Hanya Tuhan Yang Maha Tahu.

No comments: