Thursday, March 22, 2007

PERSIAPKAN BEKAL KITA !


Oleh

Peribadi

Coba kita renungkan sejenak ! Bagaimana seandainya, kita adalah salah seorang yang ada di dalam “Penerbangan Mandala” yang jatuh berkeping-keping hingga meluluh lantakkan tulang-belulang hampir semua penumpangnya ? Tak ada masalah, kalau memang coretan takdir yang telah tercatat di “Lauhul Mahfudz”, memang sudah demikian. Itulah jawaban yang amat sulit dibantah, karena selain didasari dengan keimanan atas “Qada dan Qadar”, juga merupakan refleksi dari tingkat ke-Percayaan Diri (PD) seseorang yang patut disanjung.

Akan tetapi, konteks pertanyaan retoris yang boleh jadi membuat kita sejenak termenung, yakni “bagaimana sekiranya, jika kita masih tergolong hamba yang tengah bergelimang dosa dan noda, sekonyong-konyong menghembuskan nafas akhir dengan ikhwal kematian yang mengerikan?” Apa masih layak kita menjawab bahwa kalau memang demikian pula garis perjalanan takdir, maka apa daya, kita harus ikhlas menerimanya ? Mungkin saja kompensasi ini, masih pantas dipuji.

Akan tetapi, rasa-rasanya jawaban tersebut, kurang meyakinkan dan tentu saja tidak mampu membuat kita bisa jadi PD sebagaimana pada pertanyaan awal. Betapa tidak bisa dibayangkan, seandainya “Malakul Maut” sebagai pejabat pencabut nyawa datang menjemput dan memaksa anak-cucu Adam untuk mengakhiri petualangannya di bumi persada. Sementara saat itu, kini dan mungkin juga akan datang, dalam kubangan dosa-noda di tengah lingkaran setan dan dajjal kebrutalan.

Tak mampu dibayangkan, kalau misalnya saya adalah seorang pejabat (sebutlah misalnya: pejabat pertamina) yang lagi gencar menikung dan menyeludupkan BBM ke luar negeri, serta seorang pengusaha misalnya yang sedang getol menimbun dan menyembunyikan BBM, sehingga rakyat terkapar di tengah antrian panjang. Tiba-tiba saja ajal melayang, tak terduga dan tak mampu dihalau. Padahal ketika itu, kita tak ubahnya “mayat berjalan” yang terus malang-merlintang di kegelapan dunia kebejatan.

Betapa celakanya, ketika sedang asyik-asyiknya “menggunting dalam lipatan dan memancing di air keruh”, namun nyawa melintas pergi tanpa pamit. Demikian pula tentunya bagi sang oknum pejabat yang bersangkutan dari kalangan eksekutif, legislatif, yudikatif dan lain-lain misalnya, di pundaknya terpikul amanah untuk menjamin kesejahteraan penghuni bangsa dan negara tercinta ini. Namun ternyata, potret mereka, tidak lebih dari mounster penyebar virus pemiskinan yang sangat berprestasi memporak-porandakan bumi nan kaya raya Sumber daya Alam ini.

Karena itu, tak ada salahnya kita sedini mungkin beristigfar dan terus beristigfar tanpa kenal waktu dan tempat. Di mana pun dan kapan pun, seluruh ruang lingkup kehidupan dapat dijadikan “sajadah” sebagai tempat mengingat Tuhan. Kursi panas yang diduduki oleh segelintir anak bangsa yang ditakdirkan terpilih menjadi pejuang aspirasi dan pelayan rakyat, dapat dijadikan sebagai sajadah untuk senantiasa mengingat pertanggung jawaban di Mahkama Pengadilan Ilahi. Hanya Tuhan Yang Maha Tahu.


No comments: