Wednesday, March 21, 2007

SENYUMAN PEJABAT DAN TANGISAN RAKYAT

Oleh

Peribadi

Dalam interupsi saya terdahulu “Pasti Ada Yang Dikorbankan”, telah digambarkan dampak dan obyek yang menjadi korban dari sebuah pemilihan tindakan alternatif kita. Kalau bukan permunajatan kita kepada Tuhan yang menjadi korban, maka sudah pasti diri sendiri dan orang lain (Kendari Ekspres, 21 November 2005).

Kini, secara khusus menyoal pengorbanan bangsa dan penderitaan rakyat akibat ulah pengelola bangsa yang bernama pejabat. Memangnya ada pejabat yang sampai hati mengorbankan negara dan menderitakan rakyat? Tentu saja tidak, sebab status position sebagai pejabat negara, selain terkesan membanggakan dan dihormati oleh banyak orang, juga merupakan sebuah cita-cita luhur dengan setumpuk tugas mulia untuk mensejahterakan masyarakat bangsa dan negara.

Jika tidak, maka pejabatlah yang sesungguhnya banyak berkorban atas tetek-bengeknya penyelenggaraan roda pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan nasional. Betapa tidak, hampir semua enersi mereka tersita dan terkuras untuk menumbuhkembangkan proyek “Ipoleksosbudag” demi kesinambungan bangsa dan negara tercinta ini. Karena itu, tidaklah mengherankan apabila mereka yang diamanahi tanggung jawab besar itu, diberi gaji dan tunjangan jabatan serta segala macam fasilitas yang serba cukup dan mungkin berlebihan.

Akan tetapi, apa yang hendak dikata dan tindakan apa yang selayaknya kita lakukan, apabila bangsa dan negara yang terkenal dengan kekayaan Sumber Daya Alam (SDA) ini, dililit oleh berbagai macam kemelut yang menyengsarakan rakyatnya. Betapa tidak, di tengah kebuntuan upaya pencarian resep jitu atas virus KKN yang telah mengkangker, di tengah kecemasan kita atas menjamurnya narkoba yang amat mengancam kaum kawula muda dan kawula tua, di tengah ketegangan kita atas gempuran isyu terorisme, dan di tengah kebingungan peternak dan konsumen atas merebaknya flu burung dan antraks. Tiba-tiba saja kita diramaikan dengan pertontonan antrian kaum miskin atas BLT.

Jika demikian, hanya satu yang pasti terjadi, yakni kalau bukan pejabat yang tersenyum, maka sumber daya negara yang terus terkuras dan rakyat pasti merintih. Mungkin tidak salah, kalau keduanya saling berkorban demi kesinambungan dan kesejahtraan bangsa dan para penghuninya. Asalkan jangan seperti Koperasi sebagaimana hasil simpulan penelitian Prof Dr. Selo Soemarjan bahwa “Memang Koperasi Kita Gagal, Tetapi Pengurusnya Sukses gemilang”

Dengan demikian, apa salah kalau kita berkata pula bahwa “memang negara kita terpuruk, tetapi pejabatnya kaya-raya?” Mudah-mudahan salah, karena kalau benar, itu berarti kecelakaan sejarah. Namun tidak mampu kita pungkiri bahwa utang luar negeri yang kini menggapai 190 milyar dollar AS, sehingga kurang lebih 40 persen dari APBN kita terpaksa disisipkan untuk membayar utang luar negeri. Ini berarti sisa 60 persen yang bisa dimanfaatkan. Dan bagaimana kalau ada sekitar 30 persen lagi yang tidak jelas rimbanya sebagaimana dilansir oleh Prof Soemitro ? Maka sudah pasti, hanya 30 persen saja yang bisa diharap.

Atas ulah siapakah semua ini ? Tentu bukan pemulung sampah, kecuali pemulung utang dan bukan pula rakyat kebanyakan. Yang pasti, tidak ada orang yang luput dari pertanggung jawaban. Hanya Tuhan Yang Maha Tahu.

No comments: