Thursday, March 22, 2007

KEHERANAN SANG AHLI BEDAH

Oleh

Peribadi

Entah kapan pastinya ? Saya tidak tahu persis, Prof. Dr. Maurice Bucaille guru besar dan ahli bedah kenamaan Prancis yang hendak mencoba membuktikan sejarah kematian seorang raja sang laknatullah yang dikisahkan dalam Al-Qur’an. Atas keahliannya yang pilih tanding, maka beliau membedah mumi Fir’aun dalam kerangka permasalahan: Betulkah Fir’aun adalah meninggal karena tenggelam di laut ? Menurut Ir. Permadi Alibasyah dalam bukunya yang berjudul “Bahan Renungan Kalbu” (2003) yang dikutip dari Ir. RHA. Syahirul Alim dalam buku “Menuju Persaksian” bahwa berdasarkan hasil bedah mayat tersebut, maka sang professor kaliber ini terheran-heran, karena sel-sel syaraf Fir’aun benar-benar menemui ajal akibat tenggelam di laut dengan shock yang amat hebat.

Maha Suci Allah yang telah melimpahkan serta mencurahkan hidayah Nya kepada hamba Nya yang Dia kehendaki. Betapa menakjubkan pula tentunya, kalau sekiranya kita pun dilimpahkan hidayah Nya dalam bingkai hikmah ber-agama yang menakjubkan. Ingin rasanya saya menyesali dan kemudian mengeluh bahwa betapa sialnya hidup saya, karena saya beragama, hanya karena kebetulan saja lahir dari kandungan perut ibu yang kebetulan penganut Islam. Jika seandainya tidak, entahlah, bagaimana cara membahasakannya.

Atas bisikan kalbu terdalam yang terus membisik melalui proses dialog antara pikiran dan jiwanya yang relatif cukup panjang, dan tentu saja atas hak prerogatif Tuhan penguasa langit dan bumi, sehingga Prof. Dr. Maurice Bucaille menyatakan ikrar bahwa semua ayat Al-Qur’an masuk akal dan mendorong sains untuk maju. Dan pada gilirannya, sang professor kenamaan Prancis tersebut bersyahadat.

Mungkin boleh-boleh saja kita cemburu (positif) kalau misalnya kita coba hubungkan dengan perjalanan kerohanian dan pengalaman empirik masing-masing pribadi yang mungkin hanya beragama, karena faktor keturunan. Dalam artian, betapa indahnya sekiranya kita pun beragama atas dasar hasil perenungan yang mendalam, dan apalagi atas hasil kajian yang obyektif rasional. Namun tak boleh dilupakan bahwa semua itu adalah hak azasi yang amat fundamentil, sehingga Tuhan pun tidak pernah memaksa. Kalau ada hamba Nya (guru agama) yang terkesan memaksa orang untuk beragama, maka sebaiknya kita sarankan untuk memeriksakan diri di rumah sakit jiwa.

Yang pasti, atas garis edar perjalanan khas masing-masing anak manusia yang terus melintas di awal, di tengah dan di ujung samudera kehidupannya, sesungguhnya mempunyai peluang dan kesempatan yang seluas-luasnya untuk mengkaji, mendalami, menemukan dan merasakan langsung kebenaran Firman-Firman Tuhan yang terkandung di dalam kitab suci Nya. Sehingga kita pun berpeluang untuk menjadi hamba Nya yang memiliki kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spritual yang handal.

Akhirnya, boleh jadi atas pengalaman dan penemuan yang mungkin sederhana saja, kita mampu menikmati hubungan cinta kasih dengan Nya ketika kita bersimpuh di keharibaan Nya. Meskipun Ilmu dan amal, memang harus diupayakan semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan masing-masing. Hanya Tuhan Yang Maha Tahu.

No comments: