Thursday, March 22, 2007

SHILAT BIN ASYIM DAN SAFINAH

Oleh

Peribadi

Betapa mengagungkan, secuil kisah yang sudah pasti amat menarik direnungkan dalam buku terlaris di Timur Tengah dan kini pun sungguh mulai digemari di seantero republik tercinta ini. “La Tahzan yang ditulis oleh Dr. Aidh Al-Qarni (2004), menukil sebuah kisah perjalanan Shilat bin Asyim seorang ahli ibadah dan pezuhud dari kalangan Tabiin. Pada suatu hari memutuskan pergi ke wilayah utara untuk berjihad. Ketika kegelapan malam telah menyelimuti bumi, dia pergi ke dalam hutan untuk melakukan shalat. Dia masuk di antara celah-celah pohon, berwudhu dan shalat. Tiba-tiba muncul seekor singa buas dan ganas mengaung dan meraung-raung mendekati Shilat yang sedang shalat. Singa itu berputar-putar mengelilinya. Namun Shilat tetap melangsungkan shalatnya.

Usai Shalat dua rakaat, Shilat berkata kepada singa itu. Jika kamu diperintahkan untuk membunuhku, maka makanlah aku. Jika kamu tidak diperintahkan, maka biarkanlah saya bermunajat kepada Rabbku. Singa itu pun lalu pergi dan mengibas-ngibaskan ekornya meninggalkan tempat itu. Demikian pula Safinah seorang budak Rasulullah yang telah dibebaskan, di saat berjalan menyusuri tepi pantai. Namun pada saat memutuskan ke daratan. Tiba-tiba pula ada seekor singa yang hendak menerkamnya bersama teman-temannya. Safinah berkata kepada singa itu. Wahai singa, saya adalah salah seorang sahabat Rasulullah dan ini adalah teman-teman saya, karena itu, tidak ada alasan bagimu untuk memangsa kami. Singa itu pun pergi sembari mengaung membahana.

Bagaimana dengan shalat kita ? Tak ubahnya segerombol ayam yang tengah berlomba mematok makanan. Sembari berlomba bagai balapan motor, kita pun melaksanakan shalat dalam kondisi mabuk-mabukan. Pantaslah, jika Allah SWT berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah Kamu Shalat, sedang kamu dalam keadaan mabuk, sampai kamu mengerti apa yang kamu ucapkan” (An-Nisaa ayat 43).

Secara sosiologis, mabuk yang dimaksud di sini adalah bukan hanya mabuk narkoba dan pil ectacy sebagaimana yang seringkali dialami dan ditampilkan oleh kawula muda dan kawula tua kita. Akan tetapi, juga mabuk dalam artian: “mabuk tahta, mabuk harta dan mabuk wanita”, sebagaimana yang hampir menjebak semua anak manusia saat ini.

Adalah tergantung pada perspektif kita disertai dengan kejujuran kita masing-masing, apakah ketika kita bergelut, bergulat dan bertarung di arena Pilkada untuk menduduki “kursi panas” yang sungguh amat banyak diminati oleh para elite kita, dapat dikategorikan atau sebagai bagian integral dari makna mabuk. Hanya Tuhan Yang Maha Tahu. Yang pasti, perebutan status posistion dengan cara metode sogok menyogok adalah Tidak benar, sebagaimana Nabiullah Muhammad SAW katakan bahwa “yang menyongok dan disogok adalah sama-sama neraka”. Awak Mimbar Perancangan Peradaban Inteleksi (MPPI) Sultra.

No comments: