Thursday, March 22, 2007

Iqra Bismirabbika atau iqra bismikapitalis


Oleh

Peribadi

Semoga ini bukan yang terakhir dari uraian Khutbah Prof. DR. KH. Nasaruddin Umar yang diketengahkan di hadapan jamaah Mesjid Agung yang ketika itu sebagian besar dihadiri Kafilah MTQ Nasional, dapat meng-ilhami penulis untuk mengedepankan resonansi-resonansi pemikiran yang tertuang ke dalam bentuk rubrik interupsi yang Insya Allah, penulis terus berupaya kembangkan setiap saat dalam konteks yang lebih universal.

Kalau pada interupsi terdahulu penulis menukil 3 (tiga) simpulan hikmah yang semoga ketika itu mampu menyentak nurani Jamaah Jumat Mesjid Agung Kendari 4 Agustus 2006. Maka, kini dicoba sekali lagi memetik atau menambahkan dua refleksi pemikiran. Pertama, menurut sang professor selaku Ketua LPTQ Nasional bahwa sudah tiba saatnya Iqra dalam konteks lantunan-lantunan Qalam Ilahi tidak hanya diperdengarkan dan disemarakkan di rumah-rumah ibadah, di ruang pengajian konvesnional “ala yazinan” dan apalagi di ruang meditasi metafisik dan lain sebagainya. Tak pelak lagi, kalau hanya misalnya sebatas perburuan predikat juara seni baca Al Qur’an yang pada tahun 2008 ke depan akan berulang kembali di bumi persada Kesultanan Banten.

Akan tetapi, proses pembacaan dan penggunaan kerangka “Iqra Bismirabbika” sudah harus digiring secara lebih universal dan dimensional hingga memasuki ruang perkantoran, perbankan dan perindustrian. Karena itu, menurut beliau bahwa ruang perkantoran BAPENAS misalnya sebagai kumpulan orang-orang yang menguras enersi serta mungkin saja hidup mati dengan disain dan rancangan program dan pelaksanaan Pembangunan Nasional, seharusnya menjadi arena utama Iqra dengan kerangka Bismirabbika. Jika tidak, hemat penulis, akibatnya adalah seperti yang mayoritas rakyat rasakan getar dan getirnya dengan berbagai duka yang menyelimuti. Dan sebaliknya, ada segelintir manusia biadab yang terleha-leha nan terbahak-bahak di gelanggang sandiwara penderitaan itu.

Kedua, tentu saja demikian, karena selama ini proses Iqra Bismirabbika belum terwujudkan dan bahkan mungkin justru berbanding terbalik hingga lebih dari seratus delapan puluh derajat. Beranjat dari kerangka Iqra Bismirabbika dimaksud sang professor kita, maka menurut hemat penulis bahwa berarti selama ini kita hanya digandrungi oleh proses iqra bismikapitalis atau ber-iqra pada kerangka idiologi-idiologi dunia lain yang dianggap besar oleh para penganutnya yang terlena, sehingga tidak mengherankan kalau eksistensi bangsa dan negara kita tercinta ini tengah merana dan penuh nestapa dan boleh jadi masih akan terus dirundung malang nan kepedihan. Namun semuanya dapat berubah, karena “Nothing Is Impossible. Everything Is Possible If You Believe In Allah (tidak ada yang tidak mungkin kawan. Semua memungkinkan terjadi, jika Antum sungguh percaya kepada Allah. Dalam artian, haqqul yakin dengan Iqra Bismirabbika. Tetapi ingat, tidak ada setetes pun pemaksaan agar kalian percaya. The Final Decesion Making on You. Oke ? Staf Pengajar Fisip Unhalu dan Awak MPPI Sultra.

No comments: