Wednesday, March 21, 2007

PERTOBATAN ALA John Perkins

Oleh

Peribadi

Sungguh-sungguh mengagungkan ajakan pertobatan individu dan pertobatan kolektif yang diajarkan dan dihimbaukan oleh John Perkins, sebagai orang yang merasa paling amat sangat berdosa atas upaya ”pemiskinan strategis” terhadap manusia dan masyarakat yang menghuni bumi dunia ketiga. Tak bisa bisa dibayangkan, kalau sekiranya seluruh komponen masyarakat, terutama kaum elite sosial dunia ketiga mempunyai kesadaran setingkat dengan John Perkins. Maka, sudah pasti, tidak ada perbedaan persepsi dan tindakan kita terhadap kehadiran BUSH sang”manusia maniak perang” dan ”si-anak emas yahudi” itu.

Betapa menakjubkan, ajakan John Perkins kepada anak-anak bangsa di dunia ketiga untuk melakukan hal yang sama, sebagaimana yang dia telah lakukan secara jujur, berani dan transparan. Meskipun ikhwal itu merupakan status position yang empuk dan beresiko nyawa bagi diri dan keluarganya, ketika hendak mencampakkan dan mengekspose tangan jahilnya di masa lalu. Betapa tidak, John Perkins mengajak kita untuk melakukan sebuah pengakuan (confessions) atas kesalahan dan kezhaliman yang kita abaikan dan menumpulkan nurani kita selama ini.

Menurutnya, mengakui sebuah kesalahan adalah awal dari solusi dan mengakui sebuah dosa besar adalah awal dari keselamatan. Itulah fatwa kontemporer dan spektakuler dari seorang ekonom yang amat patut direnungi oleh siapapun, terutama bagi mereka yang telah dimanahi sebuah tugas dan tanggung jawab masa depan atas kesinambungan hidup masyarakat, bangsa dan negara tercinta ini.

Tak bisa dibayangkan, jenis kebahagian apa gerangan yang kelak menjelmah, ketika semua elite dalam berbagai kapasitasnya masing-masing, yang selama ini secara langsung (sadar) dan tidak langsung (tidak sadar) bertindak sebagai pendekar Hit Man (Baca: preman picisan). Misalnya, ”pejabat Hit Man”, ”akademisi Hit Man”, dan bahkan mungkin menjadi ”Ustadz/Kiyai Hit Man”. Maka besar dugaan, kita akan kesulitan bertemu dengan ”rakyat pengemis”, ”pengusaha pengemis”, ”penguasa pengemis”, ”legislator pengemis” dan ”ulama/pendeta pengemis” dan lain sebagainya. Sebaliknya, kita akan bangga serta kagum menyaksikan bangkitnya kaum pendekar yang berjurus handal, mumpuni, dan sakti mandrguna serta mandiri dan percaya diri.

Paling tidak, menurut bayangan dan harapan Yudho Pedyanto bahwa dengan kesadaran dan pertobatan kolektif, kelak mengemuka serangkaian buku-buku sebagai efek domino dari Confessions of Economic Hit Man ini. Apakah itu Confessions of, yang merupakan pengakuan dari para pemimpin dan birokrat korup yang mengabaikan kepentingan warga negaranya dan melayani kepentingan korporasi-kapitalisme. Atau Confessions of, yang merupakan pengakuan dari para ustadz/kiyai yang menjadikan agama Islam sebagai alat legitimasi kepentingan kapitalisme, liberalisme, dan sekularisme. Atau siapapun yang selama ini melakukan ”pembodohan terselubung” yang terus-menerus mengetengahkan Islam hanya sebatas dimensi moral dan spiritual semata, tanpa pernah melakukan pencerdasan dan penyadaran terhadap aspek politik-ideologi Islam.

Mampukah ikhwal ini kita mulai ? Tentu saja bukan soal mampu dan tidak mampu. Akan tetapi, adakah niatan kita (Baca: political will) untuk mengembangkan gebrakan kesadaran revolusioner ala John Perkins ? Hanya Tuhan Yang Maha Tahu. Awak Mimbar Perancangan Peradaban Inteleksi (MPPI) Sultra.

No comments: