Thursday, March 22, 2007

SATLANTAS YANG KAMI HORMATI


Oleh

Peribadi

Mungkin cukup menarik ketika kita mendengar nasehat petugas lalu lintas jalan raya ketika memberi nasehat kepada pengendara roda dua dan roda empat, terutama kepada mereka yang kategori melakukan pelanggaran lalu lintas di jalanan. Sungguh patut diacungi jempol dan bahkan sangat perlu diberi penghargaan kepada petugas yang seharian berdiri di tengah terik matahari nan panas. Betapa tidak, selain arus lalintas jalanan dapat berlangsung kondusif, sehingga suasana perjalanan berlangsung aman dan nyaman. Tentu pula warga masyarakat senantiasa merasa terayomi oleh petugas lalulintas yang setiap saat menempati posisi siap siaga.

Mungkin memang banyak hal positif yang membuat warga masyarakat terkagum-kagum mendengar dan melihat life style seorang aparat kepolisian ketika sedang memakai seragam lengkap dan tak pelak lagi ketika melaksanakan tugas dengan penuh disiplin. Boleh jadi ikhwal ini pula yang menjadi motivasi bagi kebanyakan orang tua, sehingga berupaya semaksimal mungkin untuk mendaftarkan anak-anaknya menjadi aparat kepolisian, sekalipun terpaksa harus mengorbankan sesuatu yang selama ini merupakan unsure vitalisasi pemenuhan kebutuhan social ekonomi rumah tangganya.

Mungkin pula, penulis menjadi orang pertama yang tampil membela dengan cara meberi argumentasi rasional, ketika ada orang yang mencoba menyangsikan life stayle kepolisian dengan kontribusinya yang amat berharga di tengah lalulintas kehidupan dan terutama dalam konteks lalulintas jalanan.

Meskipun memang, juga tidak bisa dipungkiri ketika ada orang yang mengomel atau terkesan kecewa atas ulah dan perilaku oknum aparat yang dianggap menyimpang atau membuat semacam aturan tersendiri di luar garis demarkasi dengan maksud untuk memperoleh secuil keuntungan pribadi. Namun dalam konteks ini, kita yakin dan percaya bahwa warga masyarakat masih bisa memaklumi, dan bahkan sudah mulai dianggap oleh kebanyakan orang sebagai sesuatu yang tidak perlu dipersoalkan lagi. Dalam artian, selain sudah dianggap wajar-wajar saja, juga telah menjadi sebuah kebiasaan yang kini hampir menjelamah menjadi sebuah budaya.

Karena itu, mungkin saja yang patut disoal dan sangat masuk akal untuk dikaji secara kontekstual melaui sebuah penelitian mendalam, yakni mengapa lembaga terhormat dan demikian vital eksistensi dan kontribusinya dalam proses lalulintas kehidupan, diklaim sebagai lembaga terkorup ???

Terlepas dari kedalaman metodologis dan tingkat kualitas hasil yang digapai oleh beberapa penelitian terdahulu. Yang pasti, ikhwal dimaksud adalah amat patut direnungi dan tentu saja merupakan bahan introspeksi yang amat sangat berharga bagi lembaga dan departemen bersangkutan. Siapapun dia, tanpa kecuali, semuanya memang harus merenungi keberadaan bangsa dan negara kita tercinta ini, karena telah tertuding oleh lembaga researct internasional sebagai negara terkorup, meskipun memang kesulitan menangkap koruptornya.

Akhirnya, memang agak sulit memungkirinya, karena papan peringatan atau pertanda swiping jalanan yang seharusnya berjarak cukup jauh dari tempat pelaksanaan swiping, ternyata belum juga ditaati oleh petugas yang bersangkutan. Entah mengapa ya ? Kita demikian terkesan cukup kesulitan mereformasi mental kita. Apa susahnya, kalau kita sebagai orang yang kebetulan diamanahi sebuah tugas mulia, maka kita terlebih dahulu menghayati dan mengamalkan aturan main yang sesungguhnya, sebelum mengajak dan menasehati orang lain. Hanya Tuhan Yang Maha Tahu. Staf Pengajar Fisip Unhalu dan Awak Mimbar perancangan Peradaban Inteleksi (MPPI) Sultra.

No comments: