Thursday, March 22, 2007

KETAKJUBAN AHLI SELAM


Oleh

Peribadi

Maaf, saya kembali mengutip tulisan Ir. Permadi Alibasyah dalam bukunya yang berjudul “Bahan Renungan Kalbu” (2003) yang dikutip dari Ir. RHA. Syahirul Alim dalam buku “Menuju Persaksian”. Pertama, besar dugaan bahwa baik bagi pembaca yang mungkin telah lama mengetahui popularitas keilmuan dan teruatama perjalanan spritual Prof. Dr. Maurice Bucaille, maupun bagi mereka yang baru sempat menyimak dalam interupsi saya (Kendari Ekspres, 1 Desember 2005), ikut serta takjub dan termenung.

Kedua, namun takkalah menakjubkan kalau kita coba menyimak kependekaran seorang ahli kelautan (oceanografer) yang malang melintang di seantero samudera untuk meneliti dan mengabadikan keindahan alam bawah laut. Betapa tidak, kajian eksploratif sang penyelam pembuat film dokumenter yang telah ditonton oleh jutaan pemirsa di berbagai belahan bumi ini, tiba-tiba beliau menemukan sebuah hal fenomenal yang membuatnya mengakui eksistensi Nabi Muhammad.

Fenomena apa gerangan yang menyentak pikiran dan nurani sang oceanografer yang juga dari Prancis ini, sehingga menggiringnya pada sebuah teka-teki dan perenungan yang mendalam? Lain halnya dengan Prof Maurice yang memang diawali dengan niatan untuk membuktikan sejarah kematian seorang Fir’au sang laknatullah yang dikisahkan Al-Qur’an, meninggal karena tenggelam di laut. Namun sang ahli kelautan dan ahli selam yang bernama Jacques Yves Costeau ini, justru menemukan sesuatu yang dianggapnya amat aneh, amat ganjil dan amat menakjubkan.

Pada suatu kesempatan dalam eksplorasinya, beliau menemukan air tawar di tengah laut yang airnya asin. Air tawar tersebut, seolah-olah terbendung, terdinding dan terpisah dan seakan ada tirai yang membatasinya. Tentu saja menjadi kejutan besar, karena menjadi teka-teki yang terus direnungkan dan didiskusikannya dengan berbagai kalangan ahli. Bagaimana mungkin ada air tawar di lingkaran air asin?

Pertanyaan inilah yang membuatnya kebingungan. Namun, karena Tuhan jualah yang memberinya petunjuk, sehingga teka-teki yang sudah cukup lama menghatuinya, berakhir, ketika Mr. Costeau bertemu dengan seorang Profesor yang kebetulan muslim. Kian menakjubkan, karena orang muslim ini menjawabnya dengan enteng bahwa 14 abad silam Al-Qur’an telah menjelaskan ikhwal itu: “Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan); yang ini tawar lagi segar dan yang lain asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi” (lihat Al-Furqan ayat 53 dan Ar-Rahman ayat 19-20)

Tampaknya, kepala Mr. Costeau seakan disambar petir dan seolah bermimpi di siang bolong. Namun masih tetap menggugat dengan asumsi, bagaimana mungkin Muhammad yang buta huruf dan hidup di abad ketujuh ketika zaman belum ada teknologi selam dan kelautan itu, bisa mengetahui ikhwal ini. Ini berarti, Al-Qur’an pasti bukan karangan manusia, dan apa lagi potret seseorang yang nota bene masih “tuna teknologi”.

Maha Suci Allah yang telah melimpahkan serta mencurahkan hidayah Nya kepada hamba Nya yang Dia kehendaki. Betapa sungguh menakjubkan, sekiranya kita pun dilimpahkan hidayah Nya melalui dialektikal pemikiran yang berujung pada perjalanan spritual yang nikmat. Hanya Tuhan Yang Maha Tahu.

No comments: