Wednesday, March 21, 2007

TUNJUKKAN KESETIAN KEPADA RAKYAT !!!




Oleh

Peribadi

Eksistensi anggota dewan sebagai pendekar aspirasi yang terhormat dalam konteks pemberian uang rapel, mendapat sorotan tajam dari berbagai kalangan dengan argumentasi yang aneka ragam cerdasnya. Selain biaya tambahan yang demikian spekatakuler diklaim tidak sesuai dengan kinerja anggota DPRD, juga dituding memberi kesempatan kaum elite politik untuk terbahak-bahak serta menyempurnakan kemelaratan rakyat kebanyakan.

Argumentasi tersebut, boleh jadi obyektif dan mungkin juga subyektif. Namun memang menarik dipersoalkan atas kesetiaan pemerintah yang berkepanjangan kepada kaum elite, sembari mengabaikan aspirasi rakyat kebanyakan yang sesungguhnya amat sangat membutuhkannya? Dan demikianlah substansi pertama dan utama bagi kaum elite di atas pelaminan pemerintahan, adalah mereka harus menunjukkan political will dengan penuh keseriusan terhadap upaya peningkatan kesejahteraan rakyat.

Memang sulit dan sekaligus membingungkan karena tidak mungkin seorang pejabat pemerintahan yang terpilih oleh rakyat untuk kemudian melupakan pemilihnya. Namun demikianlah kenyataan yang mengemuka, manifestasi kesetiaan pemerintah terhadap kaum elite telah ditunjukkan secara spektakuler pada kurun waktu ORBA di bawah rezim Suharto. Namun semuanya terbisukan dan terbutakan, karena selain sang nahkoda rezim sukses gemilang menaklukkan semua komponen bangsa ketika itu, juga kaum elite dimaksud merasa amat sangat diuntungkan oleh system yang berlaku. Dan bahkan pola dan mekanisme ini juga berhasil melanggengkan status quo.

Karena itu, gemuruh perdebatan PP 37/2006 yang mungkin juga dikandung maksud ingin menunjukkan kesetiaan pemerintah kepada kaum elite politik yang berumah di dewan, bukan merupakan hal baru dan tentu saja tidak perlu mengagetkan. Demikian pula maksud dan tujuannya, tidak terlalu jauh berbeda dengan maksud dan tujuan dengan rezim pemerintahan di masa lalu, yakni membungkam lisan dan tulisan kaum elite dalam rangka mempertahankan status quo dan sejenisnya.

Lebih dari itu, soal gadai menggadaikan idealisme di bangsa yang tengah merana ini, tampak merupakan sesuatu yang dianggap biasa-biasa dan bahkan mulai terasa wajar-wajar saja. Sebaliknya, bagi mereka yang mungkin segelintir orang saja yang tidak ikut serta larut dalam upaya kongkalingkong dimaksud, seringkali diklaim orang aneh.

Akan tetapi, patut disyukuri karena pemerintah pun mulai mendengar rintihan tangis rakyat melalui revisi pasal-pasal tertentu, meskipun itu masih tetap dianggap belum dapat menuntaskan persoalan subtansial. Namun semua pihak menghimbau dan mengharapkan terutama kepada mereka yang merasa diuntungkan, kiranya berlapang dada untuk peka, peduli dan partisipatif terhadap getar-getir nurani rakyat. Staf Pengajar Fisip Unhalu dan Awak MPPI Sultra.

1 comment:

me2L/inteleksia said...

assalamu'alaykum...
gmn menurutta' pg Badi?/?