Wednesday, March 21, 2007

ALLAH IS MY EVERYTHING

Oleh

Peribadi

Apakah prinsip ini telah menghunjam di dalam sanubari kita ? Tentu hanya Tuhan dan diri kita masing-masing yang lebih tahu. Namun tidak ada yang tidak mungkin, kalau memang kita ingin berusaha maksimal. Segalanya memungkinkan jika Antum percaya kepada Allah (Nothing is impossible, everything is possible if you believe in Allah). Tampaknya, etos kerja seperti inilah yang harus disosialisasikan dan diinternalisasikan dalam sanubari anak manusia yang bergelimang dosa dan noda di tengah masyarakat kontemporer kini.

Betapa tidak, pusat orbit anak manusia di zaman edan kini, tampak hanya berpacu di atas 3 TA (Harta, Wanita dan Tahta). Hampir seluruh waktu dan enersi kehidupan yang dikerahkan dan ditumpahkan hanya untuk menggapai kepuasaan fisik-jasmaniah dalam berbagai gebyar kehidupan moderen dan post moderen.

Nafsu angkara murkah merontah dan menggeliat di mana-mana dan ke mana-mana, seolah terus mencari mangsa empuk dengan cara menggunting dalam lipatan dan atau memancing di air keruh. Mungkin saja pada awalnya, dia berjanji pada dirinya sendiri bahwa jika saya sukses memperoleh dan memiliki sepeda, maka saya akan mensyukuri nikmat Tuhanku. Namun ketika sukses digapai, maka tunggu dulu. Nanti kalau saya sudah memiliki motor, maka baru saya bersyukur. Akan tetapi,sekali lagi, tunggu dulu, nanti kalau saya sudah punya mobil, maka pasti saya akan mensyukuri nikmat Tuhan.

Akan tetapi, bagaimana kalau saya misalnya berjanji bahwa kelak ketika saya berhasil menjadi kepada desa, camat, bupati, gubernur dan seterusnya, barulah saya benar-benar bersimpuh di sajadah untuk memperhambakan diri kepada yang memang layak disembah. Karena boleh jadi akan benar-benar menyembah, tetapi bukan kepada yang pantas disembah, karena seringkali mampir di keharibaan dukun sakti manderaguna untuk melejitkan status positionnya ke tingkat yang lebih tinggi.

Dalam konteks inilah, Al-Qarni menulis dalam bukunya yang best seller di Jasirah Timur Tengah dan kini mulai menjamur di seantero nusantara. Menurutnya, betapa kurang ajarnya anak manusia, mereka terus mencicil rasa syukurnya kepada Tuhan yang menciptakan-Nya. Sementara Tuhan pencipta langit dan bumi beserta seluruh isinya, tidak pernah mencicil pemberian nikmatnya kepada hamba-Nya.

Oleh karena itu, marilah kita bertanding menuju ke sebuah filosofi hidup yang menjadikan Tuhan sebagai focus orbit dari segala tetek-bengeknya kehidupan, yakni Allah is my everything in the life university. Jika tidak, maka gerombolan sang iblis laknatullah, akan menjadikan kita sebagai mangsa yang amat empuk.

Ayo, kita mulai belajar membiasakan diri untuk takluk di keharibahan Ilahi Rabbul Alamin. Semuanya memungkinkan, meskipun terasa amat sangat sulit. Memang, at the first you make habbits. Akan tetapi, at the last habbits makes you. Amin. Aktivis MPPI Sultra dan Staf Pengajar Fisip Unhalu.

No comments: