Thursday, March 22, 2007

HP KAMERA DAN KARAKTER PELAJAR

Oleh

Peribadi

Lagi-lagi terdorong menyoal catatan pinggir saya ketika mengikuti uraian aktual dan problematik yang dikembangkan Mohammad Fauzil ketika Kamis Sore, 11 Januari 2007 beliau membahas ”Pendidikan Integral” di Ponpes Hidayatullah Kendari. Pasalnya, selain mengemuka berbagai tanggapan balik dari rekan pembaca, juga mulai tercium sebuah gejala yang menunjukkan keresahan orang tua atas penggunaan HP Kamera Danger di sekolah.

Pertama, refleksi kekaguman dan sekaligus kekecewaan atas keberadaan Undang-Undang khusus di Singapore yang melarang pelajar SMU untuk berpacaran serta menggunakan HP kamera, ternyata seringkali dipertajam oleh kawan-kawan yang kebetulan saja membaca interupsi ”Sebuah Catatan Pinggir dari Fauzil Adhim” yang saya rakit dari diskusi tersebut.

Pada satu sisi, faktor kekaguman bagi Fauzil Adhim dan mungkin juga bagi teman pembaca terhadap kaum elite Singapore, karena pejabat kita belum menunjukkan keseriusan (political will) yang solid terhadap pentingnya pendidikan yang beorientasi pada proses ”pembentukan karakter”. Kita masih terus berkutat dengan dalil konvensional, yakni ”mencerdaskan” dengan sistem dan mekanisme musiman. Sementara, tujuan pendidikan di Jepang dan di Singapore adalah membentuk sikap/perilaku, karena dengan sikap dan perilaku, maka sekaligus dapat tampil menjadi cerdas. Namun sebaliknya, mungkin saja cukup banyak orang cerdas yang bisa dihasilkan dengan tujuan pendidikan yang nota bene mencerdaskan. Akan tetapi, sebagaimana yang secara empiris terlihat, kini betapa cukup banyak orang pintar menjadi biangkladi keterpurukan bangsa dan negara tercinta ini (Adhim, 2006).

Pada sisi lain, penyebab kekecewaan bagi Fauzil Adhim dan mungkin juga bagi teman pembaca terhadap nestapa kehidupan bangsa, akibat kebanjiran berbagai problematika kehidupan yang amat sulit terpecahkan (bukan hanya banjir bandang) seperti yang terjadi di Jakarta dan sekitarnya. Berhubung, karena kita sebagai bangsa yang kebetulan mayoritas ber-KTP Islam, ternyata amat antitesis dan bahkan contra-produktif dengan kontribusi ajaran-ajaran humanisme. Dan bahkan acapkali masih ada segelintir pejabat yang menganggap program kajian agama ”tidak penting”.

Kedua, sedini mungkin dan segera kita bertindak antisipatif atas informasi dari salah seorang rekan akademisi yang mencurahkan kecemasannya terhadap penggunaan HP Kamera pelajar yang di dalamnya berisi potret pornoisme, sehingga salah seorang anaknya yang bersekolah di salah satu SMP Negeri Kota Kendari, ingin segera dipindahkan ke pesantren sebelum terkontaminasi. Akhirnya, Let’s Dream Together atas HP Kamera Dancer demi kawaula masa depan yang tercerahkan. Staf Pengajar Fisip Unhalu dan Awak MPPI Sultra.

No comments: