Thursday, March 22, 2007

RENUNGAN UNTUK KAUM ELITE


Oleh

Peribadi

Ada dua life style pemimpin yang sangat penting direnungi di bulan suci ini, terutama kaum elite yang lagi demam Pilkada atau pejabat. Pertama, sesaat Maha Guru, Super Leader dan Super Manajerial yang bergelar Shalallahu Alaihi Wa Sallam wafat, Abu Bakar memegang dan mengangkat tangan Umar Bin Khaththab dan Abu Ubaidah Bin Jarrah RA dan kemudian berkata kepada khalayak bahwa “salah satu dari kedua orang ini adalah paling tepat menjadi khalifah”.

Apa yang terjadi? Tangan Umar yang terkenal tempremental dan mantan preman Jazirah Arab, gemetar mendengar ucapan Abu Bakar dan berteriak lantang bahwa “Demi Allah, aku lebih suka di bawa ke depan untuk ditebas leherku, dari pada diangkat menjadi pemimpin suatu kaum yang di dalamnya ada Abu Bakar”. Demikian pula Abu Ubaidah menutup mukanya dan menangis dengan rasa sangat malu, ketika mendengar ucapan Abu Bakar tersebut.

Kedua, berdasarkan surat wasiat Khalifah Sulaiman Bin Abdul Malik yang ditulis sebelum wafat, agar Umar Bin Abdul Aziz segera diangkat menjadi khalifah sebagai pengganti dirinya. Apa yang terjadi? Umar cucunda Umar Bin Khaththab terkulai lemas dan berkata: “Demi Allah, sesungguhnya aku tidak pernah memohon kepada Allah sekalipun ikhwal perkara ini. Secara transparan, Umar menolak pembaiatan pertama dan berkata: Saudara-saudara sekalian, saya batalkan pembaiatan yang saudara-saudara berikan kepada saya, dan pilihlah sendiri Khalifah yang kalian inginkan selain saya”. Namun rakyat tetap pada keputusan semula, dan kembali membaiat Umar, sehingga dengan hati yang sangat berat menerima amanah itu. Umar berpidato di hadapan khalayak: Saya bukanlah yang terbaik di antara kalian. Justru saya adalah orang yang memikul beban berat. …; Tidak ada ketaatan kepada mahluk, apabila dia berada dalam kemaksiatan”.

Seolah berjarak antara langit dan bumi, ketika kita hendak mencoba membadingkan dengan potret dan life style pemimpin di zaman edan kini. Betapa tidak, bukan hanya bergulat, bergelut, bergumul dan bahkan acapkali disertai dengan nyanyian picisan untuk merenggut, meraih dan menduduki “kursi panas” kepemimpinan itu. Akan tetapi, sekaligus menjadi bagian integral dari program “kesempatan dalam kesempitan” untuk memperkaya diri, keluarga, barisan pendukung dan kaum penyuap dan penyulap.

Tak apalah, karena telah menjadi hiperrealitas yang demikian fenomenal dan spektakuler, maka tak ada salahnya, bagi yang kebetulan masih bernafas, bulan puasa merupakan momentum yang sangat potensial dan strategis untuk merekonstruksi istana qalbunya. Sungguh-sungguh peluang besar bagi kita yang masih hidup untuk menggoncangkan rongga dada dengan lafas istigfar, istigfar dan istigfar. Hanya Tuhan Yang Maha Tahu.

No comments: