Thursday, March 22, 2007

TRAINING CENTER MENGHINDARI MAKANAN HALAL

Oleh

Peribadi

Mungkin ini merupakan sebuah pertanyaan yang sangat mudah terjawab, ketika ada orang menanyakan ikhwal kuantitas pelaksanaan ibadah puasa seumur-umur hidup kita. “Sudah berapa kali Antum berpuasa Ramadhan ? Amat enteng kita menjawab bahwa mungkin mendekati sejumlah umur saya. Akan tetapi, ketika orang mulai masuk menyoal kualitas dan manfaat nyata dari hasil pelaksanaan puasa kita. Maka mungkin kita tersentak dan kemudian menerawang untuk melontarkan jawaban tepat atau sesuai dengan pengalaman empirik kita sehari-hari. Sebab jika tidak, berarti membohongi diri kita sendiri.

Karena itu, marilah kita sekali lagi bertanya kepada nurani terdalam! Mengapa kita belum berhasil meraih mega bonus yang Allah persiapkan kepada hamba-hamba-Nya yang mengarungi satu bulan peledakan dosa dan noda serta berbagai Rahmat dan Rahim-Nya ? Dalam artian, mengapa selama ini kita hanya menjalankan ibadah puasa hanya sebatas rutinitas tahunan, sehingga hikmah dan fadilah yang ditawarkan bulan Ramadhan untuk melakukan revolusi kejiwaan tak kunjung kita gapai.

Betapa tidak, kenyataan empirik menunjukkan bahwa bangsa dan negara kita tercinta ini meraih prestasi memalukan sebagai salah satu negara terkorup. Dan tentu saja signifikan dengan kecenderungan kita mengkonsumsi makanan haram. Coba saja kita simak ajakan Bapak Presiden yang berulang kali beliau himbaukan kepada seluruh aparat di pusat dan di daerah-daerah bahwa tolong... agar dana-dana kemanusiaan yang bertujuan untuk mengurangi kemiskinan, jangan dikorupsi. Seolah-olah ajakan ini bermakna bahwa tolong kalau bisa, yang lain-lain saja yang dipreteteli, asal jangan yang satu ini kacian.

Demikianlah, kita seolah sudah kecewa dengan ulah dan perilaku birokrat dan aparat kita, sehingga orang kemudian berkata dan bahkan terkesan bersumpah bahwa tunggulah saatnya Allah bertindak sendiri atas keberadaan kita masing-masing sebagai hamba yang harus mempertanggung jawabkan di dunia dan di akhirat. Dan ingatlah bahwa tidak ada orang yang bebas testing dari pertanggung jawaban tersebut.

Kini, bulan Ramadhan kembali berkunjung menengok kita dan tentu saja di antara banyak mega bonus yang ditawarkan. Maka, salah satu momentum yang tampak sangat strategis sehubungan dengan keberadaan bangsa dan negara kita yang dilingkari oleh potret manusia penyamun, yakni peluang kita melatih diri untuk ”belajar tidak memakan makanan halal sekalipun dalam satu hari penuh”. Insya Allah, jika hal ini benar-benar terkosentrasi untuk menjadikannya sebagai bulan training center, maka super bonosnya adalah: ”makanan halal saja sudah mampu kita hindari. Tak pelak lagi kalau makanan yang nyata-nyata haram”. Sungguh-sungguh peluang besar bagi kita yang masih hidup untuk menggoncangkan rongga dada dengan lafas istigfar, istigfar dan istigfar. Hanya Tuhan Yang Maha Tahu.

No comments: