Thursday, March 22, 2007

CINTA SEORANG PEMUDA SEJATI


Oleh

Peribadi

Mush’ab bin Umar adalah seorang pemuda yang baru saja jatuh cinta kepada Tuhan pencipta langit dan bumi beserta seluruh yang terkandung di dalamnya, sehingga dengan cara sembunyi-sembunyi menjalin hubungan kasih dengan-Nya. Namun tak beberapa lamanya, orang tuanya pun mengetahui bahwa anaknya sudah tidak taat lagi kepada “ilah” terdahulu yang di sembahnya.

Sang orang ibu yang kebetulan masih sangat hormat dan patuh kepada berhala yang diidolakannya, maka ia memaksa anaknya untuk kembali tunduk dan bersimpuh di keharibaan tuhan sembahan sebelumnya. Tampaknya, Mush’ab bin Umair yang sudah terlanjur menjalin kasih dan tak mungkin lagi ada yang mampu memisahkannya. Maka, ia memilih dan rela disekap dalam kamar tanpa diberi makan, minum, dan kesempatan untuk berbicara.

Atas dasar embargo makanan dan minuman serta metode penyumbatan berkomunikasi tersebut, sang orang tua berharap sembari bermunajat ke hadirat ilah yang telah lama didewakan dan dihandalkan, agar anaknya kembali menengok ke ajaran nenek moyangnya. Namun cinta sejati yang telah menghunjam ke lubuk hati terdalam, tak sedikit pun sendi dan tulang belulang Mush’ab bin Umair bergeming. Meskipun berangkali akan ditingkatkan lagi hukumannya.

Oleh karena sang ibu merasa gagal atas bombardemen awalnya, maka ia balik unjuk rasa dan kemudian menganiaya dirinya sendiri. Demonstrasi yang menyedihkan dan amat memedihkan ditunjukkan dihadapan anaknya, karena bertekad untuk tidak makan dan minum, hingga anaknya meninggalkan Zat yang dicintai Nya. Akibatnya, sang ibu menjadi lemas dan bahkan berkali-kali pingsan.

Memang tidak dapat dipungkiri dan sesuatu yang memang naturalis, humanis dan fitriyah, Mush’ab trenyuh (iba) melihat kondisi kesehatan ibunya. Akan tetapi, ucapan yang menghembus dari bibir ananda: “Wahai ibunda, sekiranya ibunda mempunyai sepuluh nyawa dan satu persatu nyawa ibunda diambil oleh-Nya, maka aku akan tetap dalam keimananku”. Ibunda sadar dan akhirnya pun ikhlas mengakhiri demontrasi mogok makannya.

Kisah yang berserakan ini adalah terpungut dari rubrik hikmah Majalah Hidayatullah, terasa cukup menarik direnungkan di tengah gejolak zaman kawula muda dengan segala macam aksi vandalismenya. Betapa menggetarkan, ketika kita mendengar seseorang dengan enteng menggadai moralnya dengan seonggok materi. Tak pelak lagi, lensa pandang dan kuping telinga kita, seolah takkan pernah berhenti dibubuhi dengan aksi tawuran, konflik dan porno-aksi kawula muda kita.

Sungguh mencemaskan keberadaan orang muda di tengah zaman edan kini, karena terus digempur oleh berbagai macam virus yang ganas di mana pun mereka berada. Di dalam istana keluarga saja, anak-anak bangsa telah digempur oleh virus telivisi. Bagaimana dengan di sekolah, dan apalagi di lingkungan pergaualannya ? Hanya satu cara upaya penyelamatan, yakni mari kita belajar menomorsatukan cinta kita kepada Tuhan Yang Maha Mencintai. Dan menomorduakan cinta kepada yang lain, termasuk kedua orang tua kita. Hanya Tuhan Yang Maha Tahu.

No comments: