Thursday, March 22, 2007

IQRA BISMIRABBIKA



Oleh

Peribadi

Ada 3 (tiga) simpulan yang amat fundamental dan sungguh-sungguh menyentak nurani Jamaah Jumat Mesjid Agung Kendari 4 Agustus 2006 dari uraian Khutbah Prof. DR. KH. Nasaruddin Umar yang diketengahkan di hadapan sebagian besar Kafilah MTQ Nasional. Pertama, hasil karya pemikiran yang beliau komparasikan antara proses pembacaan Sebelum Masehi yang telah ditampilkan secara gilang gemilang oleh kaum filosof Yunani ketika itu, dengan proses Iqra pada kurun waktu sekitar abad 6 - 13 Masehi yang dilakoni khusus oleh anak manusia yang mengakui kenabian dan kerasulan Muhammad Bin Abdullah.

Uraian komparatif sang Professor yang masih berwajah dan berpenampilan sama seperti 17 tahun silam, ketika saya bersama-sama beliau menjadi peserta Munas Keluarga Mahasiswa dan Alumni Penerima Beasiswa Supersemar (KMA PBS) di Taman Mini Jakarta, adalah dimaksudkan untuk merespon dan sekaligus menemukan jawaban yang persuasif dan spektakuler atas diturunkannya Surat Al Alaq sebagai Firman Pertama dan berikut Surat Al Qalam sebagai qalam Ilahi yang menyusul kedua.

Makna substansial yang ingin beliau tekankan dalam konteks pembacaan dan penulisan sebagai hasil karya pemikiran dari kedua unsur peradaban intelektual tersebut, adalah sangat berbeda secara fundamental. Sebab, kalau kaum filosof Yunani terdahulu hanya sukses gemilang membaca “Al Qur’an besar” dalam pengertian alam besar nan luas (makrokosmos). Maka, kaum cendikia muslim berhasil mensinergikan antara “Al Qur’an kecil” sebanyak 114 surat dengan “Al Qur’an besar” seluas alam makrokosmos melalui research dan observasi yang mendalam, sehingga produknya dapat digunakan untuk mensejahterakan alam semesta. Bukan sebagaimana hasil karya anak manusia kini yang membuat dunia jadi nestapa dan merana dengan berbagai problematika kehidupan yang menyengsarakan.

Kedua, ikhawal yang kian memperjelas proses pembacaan dan penulisan yang tersenandung dalam khutbah beliau bahwa proses pembacaan kaum filosof Yunani sejenis Plato, Sokrates, Aristoteles dan kawan-kawannya, tidak didasari dengan kerangka “Iqra Bismirabbika”, sehingga ke-Mahabesaran, ke-Mahaluasan dan ke-Maha Kasih dan Sayang Tuhan Pencipta langit dan bumi beserta segalanya yang terkandung di dalamnya, tidak berhasil digapai dan tentu saja tidak mampu diaplikasikan ke dalam berbagai kehidupan sosial anak cucu Adam-Hawa. Dengan demikian, tidak mengherankan apabila pola kehidupan “brutalisme”, merupakan ciri khas utama yang menandai kehidupan masyarakat kontemporer.

Ketiga, ikhwal yang takkala menariknya sehubungan dengan perhelatan akbar MTQ Nasional yang ditekankan dan ditandaskan beliau bahwa jangan sampai dalam proses lomba seni baca Al Qur’an seperti ini, hanya merupakan refleksi dari pembacaan Al Qur’an kecil dimaksud, yang kemudian membuat kita terbelakang dalam berbagai perkembangan pesat yang telah digapai oleh orang-orang non muslim yang memang ahli membaca Al Qur’an besar. Semoga kita termenung dan kemudian bangkit mengaplikasikan hikmah Khutbah sang professor kita yang satu ini. Memang betul, The quality of reward depend of the quality of effort”. Karena itu, camkanlah: “Allah is my everything in life university”. Staf Pengajar Fisip Unhalu dan Awak MPPI Sultra.

No comments: