Wednesday, March 21, 2007

NAN KECIL JADI PENYELAMAT


Oleh

Peribadi

Pada galibnya, pemilikan sesuatu yang masih kurang (kecil), seringkali kurang memuaskan. Paling tidak, benda dan barang yang kategori kecil, acapkali tidak dikerling oleh kebanyakan orang. Namun tidak demikian halnya dengan amalan zikir dan wirid yang kategori kecil, karena orang biasanya senang praktis membaca sesuatu yang ringkas.

Tentu saja harta yang sedikit itu menjadi sangat berharga, apabila diperoleh dengan cara yang benar. Demikian pula berupa batu dan kerikil misalnya, justru menjadi sangat menentukan ketika kaki atau ban kendaraan kita terpeleset. Tak pelak lagi kalau bicara soal amalan ibadah yang mungkin tampak amat kecil dibanding dengan ahli zikir dengan tujuan tertentu, tetapi dilaksanakan dengan konsisten dan ikhlas.

Pelaksanaan amalan wirid atau berzikir, karena ingin memperoleh sesuatu. Misalnya, ingin lulus ujian, ingin jadi anggota dewan, ingin jadi pejabat dan ingin menjadi orang kaya. Mungkin ini masih baik, karena biasanya ada amalan khusus yang diperuntukkan menjadi sakti dalam rangka menyingkirkan rival-rival politik. Adapun dilaksanakan dengan konsisten dan ikhlas, dimaksudkan bahwa meskipun kecil atau sederhana, tetapi dilaksanakan seterusnya tanpa ada tujuan tertentu. Kecuali hanya memperhambakan diri kepada pencipta langit dan bumi.

Dalam bentuk apa yang kecil itu dikatakan indah ? Sudah bisa dibayangkan bahwa kalau berupa benda, maka batu kecil itulah misalnya, menjadi sangat menentukan ketika kaki atau ban motor dan ban mobil terpeleset. Jika tidak ada batu kecil yang ditemukan saat itu, maka sudah pasti kita terus terprosok. Namun jika diandaikan dalam bentuk wirid, maka amalan istigfaar yang kedengarannya kecil, dapat menjadi indah jika terus diucapkan dalam setiap kesempatan dimana saja kita berada.

Coba saja kita bayangkan, kalau kita star dari rumah menuju ke kantor dicoba membaca “Astagafirullahi Adhim” hingga sampai ke kantor. Maka, tentu saja akan lebih baik, indah dan bermanfaat, ketimbang misalnya kita hanya duduk melamun atau berceloteh sembarangan. Demikian pula sebaliknya dari kantor ke rumah, dan demikian esok harinya dan seterusnya. Entah berapa kali jumlahnya, jika dibaca sepanjang perjalanan dalam pesawat dari Kendari ke Jakarta atau dari Jakarta Ke Kendari.

Besar dugaan, kalau seorang pejabat yang jam terbangnya pilih tanding dari daerah dan pusat atau dari pusat ke daerah, dan apalagi antar negara, apabila seluruh waktu duduknya di perjalanan diisi dengan ucapan instigfar hingga tiba di tempat tujuan. Maka, kita yakin bahwa selain mereka percaya diri atas keselamatannya, juga membuka pintu gerbang lebar-lebar untuk lebih serius memikul amanah sebagai pejabat.

Karena istigfar yang tak terhitung jumlahnya, dapat mengeliminir, menetralisir dan mencairkan hati yang mungkin selama ini membatu, dan sekaligus mendorong kita untuk tidak mengambil sesuatu yang bukan haknya. Dan potret pejabat seperti inilah yang amat dirindukan oleh masyarakat, bangsa dan negara yang tengah merana ini. Mari kita coba mengisi waktu luang kita dengan Asma Allah yang kedengarannya kecil, tetapi sesungguhnya akan menjadi indah dan sekaligus menjadi kunci penyelemat, jika diamalkan secara konsisten dan ikhlas. Hanya Tuhan Yang Maha Menentukan..

No comments: