Thursday, March 22, 2007

MUNGKIN KITA CENDERUNG KE YANG HARAM ?


Oleh

Peribadi

Entah bagaimana hasilnya, ketika misalnya kita coba melakukan penelitian kualitatif ikhwal persepsi, pandangan sikap kaum empu (gelaran suci dari perempuan) terhadap poligami ? Mungkin saja lucu yang kata orang – lucuisme. Pasalnya, seringkali terdengar lucu dan biasa juga tiba-tiba mengagetkan ketika orang-orang tengah bercanda, sehingga agak menarik direnungkan. Salah satu contoh misalnya: “ada isteri tetangga saya yang kebetulan sudah memasuki tahapan monopuase berkata kepada suaminya bahwa silahkan saja pergi jajan di tempat pelacuran, asalkan jangan kau kawin atau nikah”. Hebat Khan ???

Bagaimana seharusnya kita memaknai pernyataan sejenis ini ? Tentu saja kalau bukan canda, berarti ada kemungkinan memang kita lebih cenderung ke yang haram, sehingga seorang hamba yang telah resmi menjadi pendamping, tidak bolek dimiliki oleh orang lain. Adalah wajar-wajar saja ketika kita menyimak sebuah ledakan subyektivitas. Namun jika pemilihan alternatif yang terkesan kurang dipusingkan dengan surga dan neraka, maka sebaiknya kita segera melakukan redefinisi, rekonstruksi dan reformasi atas eksistensi kehidupan ini.

Namun sekali lagi, itu mungkin sekedar canda ria. Hanya saja menjadi bahan renungan khusus bagi penulis ketika ditugaskan membimbing program PKL mahasiswa jurusan sosiologi Fisip Unhalu sepekan lalu di Kelurahan Sambuli Kecamatan Abeli Kota Kendari. disela-sela kesempatan itulah mencuat ”debat interaktif” di antara dewan pembimbing dengan mahasiswa yang tampak terkesima menyimak alur kajian yang mengemuka. Ikhwal kajian yang kebetulan mendadak dipetakan adalah pilih mana suka, yakni menjadi isteri yang resmi di bawah naungan seorang lelaki, atau menjadi korban nafsu lelaki bagundal di pinggir jalan atau di hotel berbintang ?

Pemetaan ini, bukan dengan terpaksa menghubungkan dengan kasus yang lagi santer, aktual dan problematik ikhwal poligami Aa Gym yang sahih dengan proyek komoditi perselingkuhan ala Yahya Zaini bersama Maria Eva yang kebetulan lebih duluan mengemuka. Akan tetapi, penulis lebih lanjut mencoba menyoal dan merespon informasi yang mungkin lagi-lagi bercanda dari dua dan tiga orang sejawat yang ketika itu juga mungkin bercanda bahwa ”sang isteri-isteri tercinta tidak lagi tertarik mendengar sentuhan Qalbu Aa Gym pasca poligaminya. Tak pelak lagi, kalau kita coba elaborasi subyektivitas isteri-isteri tercinta di berbagai level Rumah Tangga, sungguh banyak pernyataan lelucon yang mengagetkan sekaligus mengagungkan. Namun jika disimak mendalam, tampaknya ada kesan: mungkin saja kita lebih cenderung ke yang remang-remang (baca: haram). Namun tidak boleh digeneralisasi, sebab salah seorang dewan pimpinan kami yang hadir ketika itu, terkesan cukup tandas bahwa ”bagi mereka yang menolak poligami adalah boleh jadi berarti mendukung pelacuran”. Saya kira pernyataan terakhir ini juga tidak benar diterima dengan spontanitas, meski cukup mengagungkan. Hanya Tuhan Yang Maha Tahu.

.

No comments: